Sumut, selalu dinilai sebagai uji kelayakan awal atau sejenis fit and proper test buat seorang figur untuk meraih jabatan Kapolri. Sumatera Utara juga merupakan salah satu agenda penting untuk menentukan track recordnya apakah sudah memenuhi menjadi orang nomor satu di kepolisian. Bertugas di Sumatera Utara boleh dikatakan pula sebagai tempat untuk menapak karir yang lebih tinggi buat seorang jenderal polisi. Banyak berhasil, buktinya, sederetan nama jenderal yang pernah bertugas di Sumut, berhasil memegang tongkat komando korps Polri mulai dari Anton Soedjarwo, Banurusman, Kunarto, Dibyo Widodo, Roesman Hadi, Chairudin Ismail (Kapolri Sehari), Sutanto dan Bambang Hendarso Danuri.
Harus diakui, peralihan kepemimpinan di Polri merupakan masalah penting dan harus mendapat perhatian serius publik. Peran Polri sangat urgent, mereka sentral dan sehari-hari, terkait tugas pokok dan fungsi mereka menjamin ketertiban, ketentraman dan keamanan lingkungan. Itu sebabnya, untuk figur calon Kapolri selalu dicari yang terbaik dan berkualitas. Sudah tentu harus pula mampu membuat Polri menjadi profesional dan mengayomi masyarakat, serta meningkatkan citra dengan memberantas segala pelanggaran dalam tubuh Polri.
Pengabdian Sutanto menjabat Kapolri, dinilai cukup berhasil hingga masyarakat setuju dan mengharapkan jabatan Sutanto diperpanjang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tugas Sutanto selesai 1 Oktober 2008. Berkaitan hal itu pula Agung Laksono, ketua DPR-RI, minta Presiden SBY memperpanjang masa pensiun Sutanto sampai Pemilu 2009. Sutanto dilihat cukup baik dalam menjalankan tugas memberantas perjudian, memberantas narkoba dan terorisme.
Lagipula UU nomor 2/2002 tentang Polri memberi ruang memperpanjang masa kerja anggota Polri hingga 60 tahun.
Tapi sebaliknya, Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri Kabareskrim Mabes Polri mantan Kapolda Sumut di tahun 2005-2006, diusulkan Presiden menggantikan Jenderal Sutanto. Memang, pengusulan nama Bambang ini sedikit mengejutkan apalagi sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa Presiden akan memperpanjang masa tugas Sutanto mantan Kapolda Sumut itu.
TERBAIK
Sebenarnya, selain Bambang, menurut para pengamat masih ada beberapa perwira tinggi Mabes Polri yang berpeluang menjadi Kapolri, antara lain disebut-sebut Wakil Kepala Polri Komjen Makbul Padmanegara, Komjen Pol Iman Haryatna dan Komjen Pol Manggabarani. Tapi, presiden hanya mengusulkan satu nama calon Kapolri ke DPR. Dan, calon itu adalah Bambang Hendarso Danuri.
Mengapa akhirnya Bambang diusulkan? Tentu sudah punya pertimbangan khusus. Yang pasti presiden sudah menerima masukan dari berbagai kalangan termasuk dari Komisi Kepolisian. Soal pengajuan calon tunggal, memang itu adalah hak prerogatif Presiden. Pilihan terhadap Bambang dilakukan tentu setelah dinilai memenuhi syarat dari segi kepangkatan, senioritas, integritas dan pengalaman. Dan tidak ada aturan khusus yang mengharuskan Presiden mengirimkan lebih dari satu sebagai calon Kapolri. Pada pemilihan Kapolri periode sebelumnya, Dai Bachtiar dan Sutanto juga merupakan calon tunggal. Dan, tentu Bambang adik angkatan Sutanto lulusan Akpol 1974 itulah yang dinilai terbaik, maka akhirnya dia yang diusulkan Presiden.
Yang pasti adalah, pengusulan nama calon Kapolri ini dan tidak diperpanjangnya masa tugas Sutanto tentu membuka keran regenerasi di Mabes Polri.
Memang, sempat muncul pro kontra walaupun tidak bernuansa politik. Tapi ada berspekulasi menyebut, terkuak kegelisahan pada bandar judi dan cukong kayu. Maklum, kalau “tiarap” terus mana tahan para bandar dan cukong itu.
Teka-teki pencalonan Kapolri makin tersingkap. Hal ini pengakuan Sutanto ketika dihubungi SIB. Katanya, dia sudah lama melirik Bambang Hendarso Danuri, untuk calon penggantinya sebagai Kapolri. Dia merupakan salah satu nama-nama tebaik di Akpol.
Ia berharap, kinerja kepolisian ke depan dapat lebih meningkat hingga aspirasi masyarakat dapat terpenuhi setelah Polri di bawah kepemimpinan Bambang.
Selain itu kata Sutanto di era reformasi ini berbagai hal yang pelu dilakukan termasuk merubah budaya perilaku kepolisian. Perubahan perilaku kepolisian itu sangat perlu. Pembenahan internal harus lebih ditingkatkan karena, jika polisi menjadi baik maka otomatis masyarakat akan menjadi lebih baik.
Di tubuh Polri, lanjutnya tidak ada istilah “anak mas”.
Maklum, sebagaimana ditulis sejumlah media massa, menyebut Bambang adalah “anak mas” Sutanto. Saat Sutanto Kapolda Jatim, jabatan Bambang adalah Kaditserse Polda Jatim. Di era kepemimpinan Sutanto, Bambang terorbit menjadi Kaditserse Polda Metro Jaya, kemudian menjabat Kapolda Kalsel dan Kapolda Sumut. Tahun 2006, Bambang Hendarso Danuri selanjutnya memangku jabatan Kabareskrim Mabes Polri.
Menurut Sutanto, Polri mempunyai sistem. Polri mencatat nama-nama terbaik, Itu suatu mekanisme. Lalu diamati setiap personil ketika dia bertugas. Diamati mulai dia lulus sekolah hingga jenjang karirnya sudah dipantau. Jadi kalau sudah naik bintang tiga, itu adalah kader-kader yang berprestasi.
“Dari kader-kader inilah dicari yang terbaik dan itulah diusulkan sebagai figur calon Kapolri,” kata Sutanto.
Tanggal 30 September, tugas saya berakhir. Saya pensiun sesuai undang-undang dan kembali sebagai masyarakat, kata Sutanto yang pada hari itu, Sutanto genap berusia 58 tahun. Dan hari itu adalah hari “manis” buatnya, hari ulang tahunnya.
Sebenarnya, pensiun dari kedinasan bukan berarti akhir dari karir Jenderal Sutanto. Boleh dibilang, lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1973 ini tersiar issu sudah dibanjiri “tawaran” Calon Presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres) atau menteri. Saat ditanyakan menyangkut karirnya ke depan jika pensiun, Sutanto pria kelahiran Comal, Jawa Tengah ini cuma tertawa polos. Ia tidak berkomentar.
Ketika ditanyakan kesan selama dia memangku jabatan Kapolri, Sutanto pria berkumis ini menyebut, Polri terkesan banyak berubah dan sudah mulai terlihat dicintai masyarakat. Konon dulu sosok Polri ditakuti tapi sekarang malah sudah disenangi bahkan sudah dicintai’kan, balik dia bertanya.
PRESTASI BHD
Dua tahun menjabat Kabareskrim, BHD, begitu Bambang kerap dipanggil oleh koleganya banyak melakukan penangkapan terhadap pelaku-pelaku narkoba dan pembalakan liar. Jenderal bintang tiga yang terbilang masih baru ini tak sungkan mengungkap praktek illegal logging termasuk di Ketapang yang berimbas pada penahanan Kapolres-nya dan juga pencopotan Kapolda-nya.
Dan dia pula dianggap menjadi faktor kunci dalam berlanjutnya pengusutan terhadap kasus Munir. Sebelumnya, pengusutan kasus Munir seperti “terhenti” dan Bambang ternyata mampu menyingkapnya kembali ke permukaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan. Ini jelas punya nilai-nilai tersendiri di mata presiden khusus di kalangan para politisi. Yang pasti dia ikut menyingkap kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa Pollycarpus BP, disusul penahanan mantan Deputi Intelijen V BIN, Muchdi PR yang juga mantan Danjen Kopassus.
Dalam pembenahan internal, Bambang punya catatan manis, misalnya di Kalsel, dia berhasil menyudahi kiprah koperasi polisi dalam bisnis pertambangan. Ia dikenal anti illegal logging. Dan ini sudah terlihat sewaktu dia jadi Kapolda Kalsel, tanpa ampun, langsung membuat para pelaku pembalakan liar jadi “panas dingin”. Tercatat antara lain salah satu pemain illegal logging yang terkategori “tak tersentuh” bernama Budi Lonto ditangkap. Disusul lagi dengan penahanan seorang pengusaha kayu di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel. Prestasinya makin meningkat lagi dengan berhasilnya dia membersihkan illegal mining dengan menangkap beberapa bupati termasuk seorang kepala dinas terkait penerbitan kuasa pertambangan di Kalsel.
Sikap tegas Bambang ini pula merupakan salah satu dari enam hal yang menjadi komitmennya pada proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) ketika dilakukan anggota Komisi III di Gedung DPR/MPR RI.Yang pasti, buat dia tidak ada kompromi untuk judi, korupsi dan illegal logging maupun illegal fishing dan illegal mining. Disusul lagi penegasannya, dia akan melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan Sutanto termasuk penegakan hukum, sikap tegas dan tidak pandang bulu. Komitmennya itu pula menuntun dia lolos ke jenjang jabatan Kapolri atau jabatan TriBa1 (sebutan untuk kapolri). Ia menjadi orang nomor satu di Mabes Polri.
Dan Bambang dinyatakan sah sebagai calon Kapolri oleh DPR RI, setelah Agung Laksono, Ketua DPR RI mengetok palu di gedung DPR, Senayan Jakarta.
KACA MATA KUDA
Di Sumut, Bambang adik kandung mantan Panglima Kodam Bukit Barisan, Mayjen TNI (Purn) Tritamtomo ini, terbilang sukses meneruskan kinerja Sutanto dalam urusan pemberantasan judi. Para bandar judi dipaksa terus “tiarap”. Kiprahnya dalam urusan pemberantasan illegal logging juga berhasil meringkus pengusaha Adelin Lis. Setelah penangkapan Adelin Lis, nama Bambang makin dikenal masyarakat Sumut.
Kinerja Bambang memang sedikit agak unik. Sehari bertugas, dia mengeluarkan perintah di antaranya, segenap jajaran Polda Sumut untuk selalu menggunakan “kaca mata kuda”. Tentu hal itu membuat anggota Polri bawahannya sedikit agak terkejut. Padahal maksud Bambang, dalam pelaksanaan tugas khusus dalam menangani kasus sehari-hari untuk tidak melihat ke kiri atau ke kanan. Tapi melihat ke depan tanpa menghiraukan bisik-bisik maupun intervensi yang bersumber dari kiri kanan.
Catatan kecil lainnya, Bambang pada hari pertama masuk kantornya, tamunya pertama adalah dari SIB, “Orang SIB adalah tamu saya pertama,” kata Bambang. Dua jam lebih berbincang-bincang. Dan keakbraban itu terus berlanjut.
Boleh dikatakan, Bambang setahun bertugas, Kamtibmas di Sumut kondusif aman dan terkendali hingga akhir tugasnya di daerah ini. Tidak dapat dipungkiri pula keberhasilan itu juga berkat gebrakan Irawan Dahlan. Ketika itu, Irawan Dahlan menjabat Kapoltabes Medan yang saat ini posisinya masih memegang jabatan Karo Ops di Polda Metro Jaya. Pasangan ini dinilai masyarakat cocok pada saat itu.
MENITI KARIR
Bambang Hendarso Danuri adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1974, lahir di Bogor 10 Oktober 1952. Suami dari Nanny Hariningsih ini berhasil meraih gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan lulus dengan nilai terbaik dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Jakarta.
Karirnya di kepolisian diawali ketika menjadi Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat tahun 1975. Kemudian menjabat Kapolres Jayapura (1993) dan selanjutnya menjadi Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994). Tahun 1997, Bambang menjadi Kadit Serse Polda Nusa Tenggara Barat kemudian menjabat Kadit Serse Polda Bali (1999) disusul jabatan Kadit Serse Polda Jawa Timur (2000). Namanya semakin mengorbit setelah menjadi Kadit Serse Polda Metro Jaya. Dari Polda Kalsel, dia menjadi Kapolda Sumut (2005-2006) dan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
Ia memperoleh penghargaan antara lain Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Satya Lencana Bhakti dan Satya Lencana Ksatria Tamtama.
Sudah tentu tugas utama menunggu di depan mata Bambang Hendarso Danuri yakni mengamankan pelaksanaan Pemilu 2009. Ia telah dilantik oleh Presiden SBY sebagai Kapolri, Selasa 30 September dan Sertijab Kapolri akan dilaksanakan 9 Oktober 2008.
di poskan oleh culasatu
__________________
Harus diakui, peralihan kepemimpinan di Polri merupakan masalah penting dan harus mendapat perhatian serius publik. Peran Polri sangat urgent, mereka sentral dan sehari-hari, terkait tugas pokok dan fungsi mereka menjamin ketertiban, ketentraman dan keamanan lingkungan. Itu sebabnya, untuk figur calon Kapolri selalu dicari yang terbaik dan berkualitas. Sudah tentu harus pula mampu membuat Polri menjadi profesional dan mengayomi masyarakat, serta meningkatkan citra dengan memberantas segala pelanggaran dalam tubuh Polri.
Pengabdian Sutanto menjabat Kapolri, dinilai cukup berhasil hingga masyarakat setuju dan mengharapkan jabatan Sutanto diperpanjang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tugas Sutanto selesai 1 Oktober 2008. Berkaitan hal itu pula Agung Laksono, ketua DPR-RI, minta Presiden SBY memperpanjang masa pensiun Sutanto sampai Pemilu 2009. Sutanto dilihat cukup baik dalam menjalankan tugas memberantas perjudian, memberantas narkoba dan terorisme.
Lagipula UU nomor 2/2002 tentang Polri memberi ruang memperpanjang masa kerja anggota Polri hingga 60 tahun.
Tapi sebaliknya, Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri Kabareskrim Mabes Polri mantan Kapolda Sumut di tahun 2005-2006, diusulkan Presiden menggantikan Jenderal Sutanto. Memang, pengusulan nama Bambang ini sedikit mengejutkan apalagi sebelumnya sudah tersiar kabar bahwa Presiden akan memperpanjang masa tugas Sutanto mantan Kapolda Sumut itu.
TERBAIK
Sebenarnya, selain Bambang, menurut para pengamat masih ada beberapa perwira tinggi Mabes Polri yang berpeluang menjadi Kapolri, antara lain disebut-sebut Wakil Kepala Polri Komjen Makbul Padmanegara, Komjen Pol Iman Haryatna dan Komjen Pol Manggabarani. Tapi, presiden hanya mengusulkan satu nama calon Kapolri ke DPR. Dan, calon itu adalah Bambang Hendarso Danuri.
Mengapa akhirnya Bambang diusulkan? Tentu sudah punya pertimbangan khusus. Yang pasti presiden sudah menerima masukan dari berbagai kalangan termasuk dari Komisi Kepolisian. Soal pengajuan calon tunggal, memang itu adalah hak prerogatif Presiden. Pilihan terhadap Bambang dilakukan tentu setelah dinilai memenuhi syarat dari segi kepangkatan, senioritas, integritas dan pengalaman. Dan tidak ada aturan khusus yang mengharuskan Presiden mengirimkan lebih dari satu sebagai calon Kapolri. Pada pemilihan Kapolri periode sebelumnya, Dai Bachtiar dan Sutanto juga merupakan calon tunggal. Dan, tentu Bambang adik angkatan Sutanto lulusan Akpol 1974 itulah yang dinilai terbaik, maka akhirnya dia yang diusulkan Presiden.
Yang pasti adalah, pengusulan nama calon Kapolri ini dan tidak diperpanjangnya masa tugas Sutanto tentu membuka keran regenerasi di Mabes Polri.
Memang, sempat muncul pro kontra walaupun tidak bernuansa politik. Tapi ada berspekulasi menyebut, terkuak kegelisahan pada bandar judi dan cukong kayu. Maklum, kalau “tiarap” terus mana tahan para bandar dan cukong itu.
Teka-teki pencalonan Kapolri makin tersingkap. Hal ini pengakuan Sutanto ketika dihubungi SIB. Katanya, dia sudah lama melirik Bambang Hendarso Danuri, untuk calon penggantinya sebagai Kapolri. Dia merupakan salah satu nama-nama tebaik di Akpol.
Ia berharap, kinerja kepolisian ke depan dapat lebih meningkat hingga aspirasi masyarakat dapat terpenuhi setelah Polri di bawah kepemimpinan Bambang.
Selain itu kata Sutanto di era reformasi ini berbagai hal yang pelu dilakukan termasuk merubah budaya perilaku kepolisian. Perubahan perilaku kepolisian itu sangat perlu. Pembenahan internal harus lebih ditingkatkan karena, jika polisi menjadi baik maka otomatis masyarakat akan menjadi lebih baik.
Di tubuh Polri, lanjutnya tidak ada istilah “anak mas”.
Maklum, sebagaimana ditulis sejumlah media massa, menyebut Bambang adalah “anak mas” Sutanto. Saat Sutanto Kapolda Jatim, jabatan Bambang adalah Kaditserse Polda Jatim. Di era kepemimpinan Sutanto, Bambang terorbit menjadi Kaditserse Polda Metro Jaya, kemudian menjabat Kapolda Kalsel dan Kapolda Sumut. Tahun 2006, Bambang Hendarso Danuri selanjutnya memangku jabatan Kabareskrim Mabes Polri.
Menurut Sutanto, Polri mempunyai sistem. Polri mencatat nama-nama terbaik, Itu suatu mekanisme. Lalu diamati setiap personil ketika dia bertugas. Diamati mulai dia lulus sekolah hingga jenjang karirnya sudah dipantau. Jadi kalau sudah naik bintang tiga, itu adalah kader-kader yang berprestasi.
“Dari kader-kader inilah dicari yang terbaik dan itulah diusulkan sebagai figur calon Kapolri,” kata Sutanto.
Tanggal 30 September, tugas saya berakhir. Saya pensiun sesuai undang-undang dan kembali sebagai masyarakat, kata Sutanto yang pada hari itu, Sutanto genap berusia 58 tahun. Dan hari itu adalah hari “manis” buatnya, hari ulang tahunnya.
Sebenarnya, pensiun dari kedinasan bukan berarti akhir dari karir Jenderal Sutanto. Boleh dibilang, lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1973 ini tersiar issu sudah dibanjiri “tawaran” Calon Presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres) atau menteri. Saat ditanyakan menyangkut karirnya ke depan jika pensiun, Sutanto pria kelahiran Comal, Jawa Tengah ini cuma tertawa polos. Ia tidak berkomentar.
Ketika ditanyakan kesan selama dia memangku jabatan Kapolri, Sutanto pria berkumis ini menyebut, Polri terkesan banyak berubah dan sudah mulai terlihat dicintai masyarakat. Konon dulu sosok Polri ditakuti tapi sekarang malah sudah disenangi bahkan sudah dicintai’kan, balik dia bertanya.
PRESTASI BHD
Dua tahun menjabat Kabareskrim, BHD, begitu Bambang kerap dipanggil oleh koleganya banyak melakukan penangkapan terhadap pelaku-pelaku narkoba dan pembalakan liar. Jenderal bintang tiga yang terbilang masih baru ini tak sungkan mengungkap praktek illegal logging termasuk di Ketapang yang berimbas pada penahanan Kapolres-nya dan juga pencopotan Kapolda-nya.
Dan dia pula dianggap menjadi faktor kunci dalam berlanjutnya pengusutan terhadap kasus Munir. Sebelumnya, pengusutan kasus Munir seperti “terhenti” dan Bambang ternyata mampu menyingkapnya kembali ke permukaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan. Ini jelas punya nilai-nilai tersendiri di mata presiden khusus di kalangan para politisi. Yang pasti dia ikut menyingkap kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa Pollycarpus BP, disusul penahanan mantan Deputi Intelijen V BIN, Muchdi PR yang juga mantan Danjen Kopassus.
Dalam pembenahan internal, Bambang punya catatan manis, misalnya di Kalsel, dia berhasil menyudahi kiprah koperasi polisi dalam bisnis pertambangan. Ia dikenal anti illegal logging. Dan ini sudah terlihat sewaktu dia jadi Kapolda Kalsel, tanpa ampun, langsung membuat para pelaku pembalakan liar jadi “panas dingin”. Tercatat antara lain salah satu pemain illegal logging yang terkategori “tak tersentuh” bernama Budi Lonto ditangkap. Disusul lagi dengan penahanan seorang pengusaha kayu di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel. Prestasinya makin meningkat lagi dengan berhasilnya dia membersihkan illegal mining dengan menangkap beberapa bupati termasuk seorang kepala dinas terkait penerbitan kuasa pertambangan di Kalsel.
Sikap tegas Bambang ini pula merupakan salah satu dari enam hal yang menjadi komitmennya pada proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) ketika dilakukan anggota Komisi III di Gedung DPR/MPR RI.Yang pasti, buat dia tidak ada kompromi untuk judi, korupsi dan illegal logging maupun illegal fishing dan illegal mining. Disusul lagi penegasannya, dia akan melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan Sutanto termasuk penegakan hukum, sikap tegas dan tidak pandang bulu. Komitmennya itu pula menuntun dia lolos ke jenjang jabatan Kapolri atau jabatan TriBa1 (sebutan untuk kapolri). Ia menjadi orang nomor satu di Mabes Polri.
Dan Bambang dinyatakan sah sebagai calon Kapolri oleh DPR RI, setelah Agung Laksono, Ketua DPR RI mengetok palu di gedung DPR, Senayan Jakarta.
KACA MATA KUDA
Di Sumut, Bambang adik kandung mantan Panglima Kodam Bukit Barisan, Mayjen TNI (Purn) Tritamtomo ini, terbilang sukses meneruskan kinerja Sutanto dalam urusan pemberantasan judi. Para bandar judi dipaksa terus “tiarap”. Kiprahnya dalam urusan pemberantasan illegal logging juga berhasil meringkus pengusaha Adelin Lis. Setelah penangkapan Adelin Lis, nama Bambang makin dikenal masyarakat Sumut.
Kinerja Bambang memang sedikit agak unik. Sehari bertugas, dia mengeluarkan perintah di antaranya, segenap jajaran Polda Sumut untuk selalu menggunakan “kaca mata kuda”. Tentu hal itu membuat anggota Polri bawahannya sedikit agak terkejut. Padahal maksud Bambang, dalam pelaksanaan tugas khusus dalam menangani kasus sehari-hari untuk tidak melihat ke kiri atau ke kanan. Tapi melihat ke depan tanpa menghiraukan bisik-bisik maupun intervensi yang bersumber dari kiri kanan.
Catatan kecil lainnya, Bambang pada hari pertama masuk kantornya, tamunya pertama adalah dari SIB, “Orang SIB adalah tamu saya pertama,” kata Bambang. Dua jam lebih berbincang-bincang. Dan keakbraban itu terus berlanjut.
Boleh dikatakan, Bambang setahun bertugas, Kamtibmas di Sumut kondusif aman dan terkendali hingga akhir tugasnya di daerah ini. Tidak dapat dipungkiri pula keberhasilan itu juga berkat gebrakan Irawan Dahlan. Ketika itu, Irawan Dahlan menjabat Kapoltabes Medan yang saat ini posisinya masih memegang jabatan Karo Ops di Polda Metro Jaya. Pasangan ini dinilai masyarakat cocok pada saat itu.
MENITI KARIR
Bambang Hendarso Danuri adalah lulusan Akademi Kepolisian tahun 1974, lahir di Bogor 10 Oktober 1952. Suami dari Nanny Hariningsih ini berhasil meraih gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan lulus dengan nilai terbaik dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Jakarta.
Karirnya di kepolisian diawali ketika menjadi Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat tahun 1975. Kemudian menjabat Kapolres Jayapura (1993) dan selanjutnya menjadi Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994). Tahun 1997, Bambang menjadi Kadit Serse Polda Nusa Tenggara Barat kemudian menjabat Kadit Serse Polda Bali (1999) disusul jabatan Kadit Serse Polda Jawa Timur (2000). Namanya semakin mengorbit setelah menjadi Kadit Serse Polda Metro Jaya. Dari Polda Kalsel, dia menjadi Kapolda Sumut (2005-2006) dan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
Ia memperoleh penghargaan antara lain Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun, Satya Lencana Bhakti dan Satya Lencana Ksatria Tamtama.
Sudah tentu tugas utama menunggu di depan mata Bambang Hendarso Danuri yakni mengamankan pelaksanaan Pemilu 2009. Ia telah dilantik oleh Presiden SBY sebagai Kapolri, Selasa 30 September dan Sertijab Kapolri akan dilaksanakan 9 Oktober 2008.
di poskan oleh culasatu
Comments :
Posting Komentar